1. Sejumlah ilmuwan menilai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Sejumlah ilmuwan menilai Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
‘tertipu’ dalam kasus blue energy (energi biru). Seorang pria asal
Nganjuk, Joko Suprapto, mengaku bisa memproduksi minyak mentah dari air.
Dari biang minyak itu bisa dihasilkan bahan bakar sekelas minyak tanah
hingga avtur.
Presiden SBY yakin itu merupakan sumbangan Indonesia bagi dunia, di
tengah makin meroketnya harga minyak. Sementara, negara dibikin pusing
tujuh keliling oleh dampak dari kenaikan itu. Karuan saja, sejumlah
pihak, termasuk para ilmuwan, menyesalkan informasi yang belum valid
bisa diterima oleh SBY. Kabarnya Joko kini dilaporkan ke polisi.
2. Penipu ‘masuk Istana’ pada tahun 1950-an, Pada masa pemerintah Presiden Soekarno Almarhum.
Penipu ‘masuk Istana’ ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita mulai pada tahun 1950-an, pada masa pemerintah Presiden Soekarno. Ada seseorang yang mengaku Raja Kubu — suku anak dalam di Jambi. Tidak tanggung-tanggung, dia memberi gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu Markonah.
Penipu ‘masuk Istana’ ternyata punya sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita mulai pada tahun 1950-an, pada masa pemerintah Presiden Soekarno. Ada seseorang yang mengaku Raja Kubu — suku anak dalam di Jambi. Tidak tanggung-tanggung, dia memberi gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu Markonah.
Pasangan ‘suami istri’ itu, entah bagaimana prosesnya, mendapat
pemberitaan pers, termasuk foto-foto keduanya. Maka, sejumlah pejabat
negara memberikan penghormatan luar biasa pada ‘raja’ dan ‘ratu’
tersebut.
Rupanya ada seorang pejabat yang menghubungi Presiden Soekarno dan
kemudian memperkenalkannya. Di Istana, ‘suami-istri’ yang sebenarnya
adalah penarik becak dan pelacur itu sempat diterima sebagai tamu
kehormatan di Istana Merdeka. Mereka juga diberi uang, menginap dan
makan gratis di hotel-hotel mewah. Termasuk mengunjungi Kraton
Yogyakarta dan Surakarta.
Kedok penipuan mereka terbongkar saat berjalan-jalan di Jakarta.
Ada seorang tukang becak yang mengenali ‘Raja’ Idrus, teman seprofesinya
di Tegal. Sedang sang ‘maharani’ juga terbongkar berprofesi sebagai
pelacur kelas bawah di kota yang sama. Konon, keduanya bertemu di sebuah
warung kopi di Tegal. Kemudian sepakat untuk menjalankan aksi penipuan
itu. Keistimewaan Markomah selalu memakai kaca mata hitam baik siang
maupun malam. Rupanya sebelah matanya picek.
3. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto Almarhum, di era 1970-an
Pada masa Soeharto, di era 1970-an, juga terjadi penipu kelas kakap. Penipunya bernama Cut Zahara Fona, asal Aceh. Meski tidak tamat SD, dia memiliki ide jenius. Dia, yang selalu mengenakan kain batik, mengklaim bahwa janin yang ada diperutnya bisa berbicara dan mengaji.
Pada masa Soeharto, di era 1970-an, juga terjadi penipu kelas kakap. Penipunya bernama Cut Zahara Fona, asal Aceh. Meski tidak tamat SD, dia memiliki ide jenius. Dia, yang selalu mengenakan kain batik, mengklaim bahwa janin yang ada diperutnya bisa berbicara dan mengaji.
Karuan saja, kabar itu menggegerkan masyarakat, apalagi diberitakan
secara luas di surat kabar dan majalah. Konon, tiras sebuah harian
ibukota terdongkrat naik, karena tiap hari membuat berita tentang ‘bayi
ajaib’ di perut Cut Zahara.
Masyarakat yang banyak berdatangan pun rela untuk nguping di
perutnya yang dilapisi kain untuk mendengar ‘bayi ajaib’ itu berbicara
atau mengaji. Bukan hanya rakayat biasa, ada juga pejabat yang
meyakininya. Termasuk Wakil Presiden Adam Malik yang mengundang Cut
Zahara ke Istana Wapres. Bahkan, Menteri Agama KH Mohamad Dachlan
termasuk orang yang meyakininya. Untuk meyakininya, ia menyatakan bahwa
Imam Syafi’ie selama tiga tahun berada di kandungan ibunya.
Cut Zahara Fona dan suaminya pernah diperkenalkan oleh Sekdalopbang
(Sekretaris Pengendalian Pembangunan) Bardosono kepada Presiden
Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Perkenalan ini dilakukan di Bandara
Kemayoran setelah keduanya tiba dari lawatan luar negeri. Tapi, rupanya
Ibu Tien termasuk orang yang kurang yakin terhadap ‘bayi ajaib’-nya Cut
Zahara Fona. Apalagi wanita Aceh itu menolak ketika hendak diperiksa di
RSCM.
Konon, Ibu Tienlah yang menggeledah dan mendapatkan bahwa bicara
dan mengaji itu hanya berasal dari tape recorder kecil yang disisipkan
di perut Cut Zahara. Kala itu memang belum banyak perekam suara sekecil
milik Cut.
Meskipun kedoknya terbongkar, ‘bayi ajaib’ tersebut bukan hanya
mendapat perhatian masyarakat Indonesia, tapi juga dunia internasional.
Hingga ada permintaan dari Pakistan agar Cut dan suaminya berkunjung ke
sana. Bahkan, ada yang meramal ‘bayi ajaib’ itu, bila lahir akan menjadi
Imam Mahdi.
4. Pada masa Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) almarhum,
Setelah tidak terdengar kasus Istana pada masa Presiden BJ Habibie,
yang memang pendek masa jabatannya, pada masa Presiden Abdurahman Wahid
(Gus Dur) kembali terjadi penipuan yang mengaitkan Istana Negara.
Pelakunya adalah Soewondo, yang biasa keluar masuk Istana karena jadi
tukang pijat Gus Dur.
Orang yang dianggap ‘dekat’ dengan orang nomor satu di Indonesia
itu berhasil menipu Yayasan Dana Kesejateraan Karyawan (Yanatera) Badan
Urusan Logistik (BULOG) dan dituduh membobol uang yayasan hingga Rp 35
miliar. Soewondo sempat kabur, namun kemudian ditangkap polisi di
kawasan Puncak, Jawa Barat. Pengadilan memvonisnya 3,5 tahun penjara.
Kasus tersebut sempat menyita perhatian khalayak dan menjadi
senjata pamungkas bagi lawan-lawan politik Gus Dur, yang membantah telah
memerintahkan pencarian dana itu. Namun, akhirnya Gus Dur lengser juga
dari jabatannya gara-gara kasus yang dikenal dengan istilah Buloggate
tersebut.
5. Pada masa Presiden Megawati
Pada masa Presiden Megawati, skandal ‘penipuan’ kembali terjadi.
Kali ini yang diperdaya adalah Menteri Agama Kiai Said Agil Almunawar.
Menteri yang bergelar profesor dan hafidz Alquran ini memimpin
penggalian situs di Batutulis Bogor yang diyakini memendam harta karun
yang nilainya dapat untuk membayar seluruh utang negara.
Menurut Said Agil, Presiden Megawati mengetahui rencana penggalian
situs bersejarah yang konon peninggalan Kerajaan Pajajaran itu.
Sayangnya, harta karun yang dicari hanya pepesan kosong. Said Agil
sendiri kini masih ditahan dalam kasus tuduhan korupsi uang haji.
Moga-moga penghuni Istana yang menjadi lambang kebanggaan bangsa,
negara dan rakyat Indonesia, itu tidak lagi menjadi korban penipuan.