Dikutip dari laporan BBC, 26 Mei 2011, survey dilakukan menggunakan pencitraan infra merah dari satelit untuk mendeteksi bangunan di bawah tanah. Penelitian sendiri dilakukan di sebuah laboratorium yang didukung oleh NASA di Birmingham, Alabama, Amerika Serikat.
Penelitian memanfaatkan satelit yang berada di jarak 700 kilometer dari permukaan Bumi yang dilengkapi kamera yang mampu menunjukkan secara tepat objek di bumi dengan ukuran kurang dari 1 meter. Citra infra merah itu kemudian mendapati berbagai material berbeda yang ada di bawah permukaan.
“Menemukan dan menggali piramida merupakan mimpi dari setiap arkeolog,” kata Sarah Parcak, ketua tim peneliti tersebut pada BBC.
Di saat yang sama, dikutip dari laporan Associated Press, pemerintah Mesir kembali membuka kuburan tujuh orang, termasuk mereka yang melayani raja Tuankhamen bagi turis setelah makam tersebut selesai dipugar.
Mesir berharap bahwa kuburan di New Kingdom Cemetery, South Saqqara akan mengundang turis untuk datang ke kawasan tersebut. Seperti diketahui, industri pariwisata mesir sangat terpukul akibat revolusi dan ketidakpastian kondisi politik yang terjadi.
Sebagai bukti, menurut laporan, jumlah turis yang hadir ke negeri itu turun 46 persen pada kuartal pertama tahun ini.
Kembali ke penemuan 17 piramida yang hilang, sebagai tindak lanjut dari penemuan tersebut, Parcak dan sekelompok tim peneliti lain akan melakukan investigasi terhadap temuan awal itu dan akan dipublikasikan pada 30 Mei 2011 mendatang.
vivanews