10) Argentina* 2-2 Inggris – Babak 16
Besar 1998
Tak banyak pertandingan yang bisa
dikenang dalam tiga atau empat edisi Piala Dunia terakhir, tapi
pertandingan ini menjadi salah satunya. Pembicaraan sebelum
pertandingan banyak membahas soal balas dendam Inggris setelah
tersingkir dari perempat-final 1986 akibat gol Tangan Tuhan Diego
Maradona.
Dalam 16 menit,
sudah terjadi tiga gol. Penalti Gabriel Batistuta membawa Argentina
memimpin, tapi Alan Shearer berhasil menyamakan kedudukan. Pemain muda
berusia 18 tahun bernama Michael Owen mencetak gol individual yang
indah sebelum disamakan Argentina melalui Javier Zanetti.
David Beckham
dikartumerah wasit pada babak kedua karena menendang Diego Simeone, gol
Sol Campbell dianulir karena Shearer dianggap sudah melakukan
pelanggaran terhadap Carlos Roa, dan pertandingan berujung pada adu
penalti.
Seperti yang
terjadi di Italia delapan tahun sebelumnya, Inggris kembali tidak
beruntung. Paul Ince dan David Batty gagal menjalankan tugas sebagai
eksekutor setelah tendangan mereka dimentahkan Roa.
9) Jerman
0-2 Italia - Semi-Final 2006
Tak ada akhir pertandingan yang
lebih dramatis dibandingkan pertandingan Jerman-Italia di Dortmund,
2006.
Dua raksasa
Italia ini bertarung sengit selama 119 menit. Meski tak tercipta gol
pada waktu normal, peluang bertebaran. Gianluigi Buffon mementahkan dua
tendangan Bernd Schneider dan Lukas Podolski, sedangkan dua peluang
Italia melalui Alberto Gilardino dan Gianluca Zambrotta menghantam
tiang gawang.
Saat pertandingan seperti akan ditentukan melalui adu penalti, Fabio Grosso muncul dan melepaskan tendangan melengkung. Sontak, fans Italia bergembira. Selang beberapa detik kemudian, Alessandro del Piero menggandakan keunggulan Italia. Azzurri lolos ke final dan akhirnya mengalahkan Prancis melalui adu penalti untuk merebut gelar juara.
8)
Hongaria 2-3 Jerman Barat – Final 1954
Magical Magyars asuhan Gusztav
Sebes tampaknya tidak terkalahkan saat menghadapi Jerman Barat di final
1954 di Bern. Hongaria mengantungi rekor 31 partai tak terkalahkan,
termasuk kemenangan 6-3 atas Inggris di Wembley. Hongaria merevolusi
taktik sepakbola dengan sistem serangan yang dibangun empat pemain
handal -- Sándor Kocsis, József Bozsik, Nándor Hidegkuti, dan tentu
saja Ferenc Puskas.
Hongaria mampu membukukan 17 gol hanya dalam dua pertandingan grup, termasuk kemenangan 8-3 atas lawan mereka di final. Jumlah tersebut ditambah kemenangan atas dua tim finalis 1950, Brasil dan Uruguay. Di final, mereka unggul dua gol dalam delapan menit dan kelihatannya kemenangan sudah di depan mata. Tapi, hujan turun dan cuaca berpihak kepada Jerman Barat.
Fritz Walter
memimpin Jerman Barat meraih kejayaan. Gol Uwe Rahn pada menit ke-83
membalikkan keadaan 3-2 untuk Jerman Barat. Pasukan Sepp Herberger
meraih gelar juara dan sampai saat ini pertandingan dikenang sebagai
"Mukjizat di Bern".
7) Brasil
4-2 Peru – Perempat-Final 1970
Estadio Jalisco di Guadalajara
menjadi saksi pertemuan dua klub yang tampil mempesona selama Piala
Dunia 1970. Pelatih Brasil, Mario Zagallo, berhadapan dengan bekas
rekan setimnya, Didi, yang melatih Peru.
Brasil, yang
akhirnya keluar sebagai juara, memainkan sepakbola menyerang sejak
menit pembuka. Tendangan Pele menghantam tiang, sebelum Rivelino
mencetak gol melalui tendangan kaki kiri. Tostao menaklukkan Luis
Rubinos untuk menambah keunggulan Brasil. Satu lagi gol tercipta
melalui Rivelino, tapi dianulir. Semuanya terjadi pada 20 menit
pertama.
Peru tak
menyerah. Mereka memiliki salah satu bek terbaik di Amerika Selatan
saat itu, Hector Chumpitaz, dan gelandang trengginas Teofilo Cubillas.
Alberto Gallardo berhasil mempertipis ketertinggalan Peru. Namun,
Brasil mengembalikan keunggulan melalui Tostao, sebelum kembali dikejar
Cubillas. Saat Peru mencoba mencari gol penyama kedudukan, Jairzinho
menyelesaikan pertandingan dengan menciptakan gol keempat.
6)
Portugal 5-3 Korea Utara – Perempat-Final 1966
Kekuatan Portugal saat itu
mencerminkan kejayaan Benfica yang sedang merajai Eropa. Portugal mampu
mengalahkan juara bertahan Brasil sebelum mencapai semi-final dan
dikalahkan tuan rumah Inggris. Dua pemain bintang Portugal adalah Mario
Coluna dan Eusebio, yang menjadi topskor turnamen dengan sembilan gol
dan dianggap sebagai salah satu striker terbaik dunia.
Portugal
memenangi seluruh tiga pertandingan grup dan mencetak total sembilan
gol, termasuk menyisihkan Brasil. Pada babak delapan besar, Portugal
tertinggal tiga gol dan berhasil membalas 5-3 -- empat gol di antaranya
dicetak Eusebio.
Korea Utara
tampil sebagai tim kejutan turnamen. Mereka berhasil mencapai
perempat-final berkat kemenangan bersejarah 1-0 atas Italia. Korea
Utara kembali membuat kejutan dengan unggul tiga gol dalam 25 menit
atas Portugal. Tapi mereka kurang pengalaman dan terus berupaya
melancarkan serangan. Pada akhirnya, kepiawaian Eusebio memandu
Portugal memenangkan pertandingan. Gol kelima Portugal dicetak Jose
Augusto.
Kedua tim kembali
bertemu di Piala Dunia kali ini.
5) Jerman
Barat 3-3 Prancis – Semi-Final 1982
Tiga hari setelah partai
Brasil-Italia yang penuh ketegangan, Spanyol '82 juga menghadirkan
partai klasik di babak semi-final. Kedua negara bertambah kuat seiring
dengan berjalannya turnamen. Banyak pemain berkelas dunia yang tampil,
seperti Michel Platini, Alain Giresse, Jean Tigana, Paul Breitner, Uli
Stielike, dan Pierre Littbarski.
Littbarski
membuka kedudukan, tapi disamakan penalti Platini. Pertandingan
menghangat. Terjadilah salah satu kejadian paling kontroversial dalam
sejarah Piala Dunia ketika kiper Jerman Barat Harald Schumacher
merontokkan bek Prancis Patrick Battiston dalam suatu perebutan bola.
Battiston terkapar tak sadarkan diri dengan dua giginya tanggal,
sedangkan Schumacher lolos dari kartu merah -- bahkan wasit tidak
menilainya sebagai sebuah pelanggaran. Schumacher menjadi tokoh jahat
di sisa Piala Dunia.
Pertandingan dilanjutkan hingga perpanjangan waktu. Prancis mampu mencetak dua gol melalui Marius Tresor dan Giresse. Sepertinya Les Bleus akan melaju ke final, tapi Jerman Barat menunjukkan ketangguhan mental dan berhasil membalikkan keadaan. Karl Heinz Rummenigge dan Klaus Fischer berhasil memaksa pertandingan diselesaikan melalui adu penalti.
Stielike gagal
menjalankan tugas sebagai eksekutor -- dan sampai saat ini menjadi
satu-satunya pemain Jerman (Barat) yang gagal di adu penalti. Namun,
Schumacher mampu mematahkan eksekusi Didier Six dan Maxime Bossis untuk
mengantarkan Jerman Barat ke babak puncak.
4) Jerman
Barat 3-2 Inggris AET – Perempat-Final 1970
Piala Dunia 1970
dipenuhi partai-partai klasik dan tiga di antaranya masuk daftar ini.
Salah satunya adalah laga perempat-final antara Jerman Barat dan Inggris
di Leon, sekaligus ulangan final 1966.
Inggris masih
diperkuat empat eksponen '66 -- Bobby Moore, Bobby Charlton, Martin
Peters, dan Geoff Hurst -- bermain baik pada sejam pertandingan. Mereka
mampu unggul 2-0 melalui Alan Mullery dan Peters.
Tapi, seperti yang selalu terjadi dalam sejarah, jangan remehkan semangat Jerman. Franz Beckenbauer, Wolfgang Overath, dan Gerd Mueller adalah pemain andalan Helmut Schoen. Ketika Juergen Grabowski dimasukkan, arah pertandingan berbalik. Beckenbauer menghidupkan peluang Jerman Barat pada menit ke-68, sebelum Uwe Seeler menyamakan kedudukan melalui gol sundulan. Di babak perpanjangan waktu, Jerman Barat tak terhentikan. Mueller memastikan kemenangan Jerman Barat melalui gol jarak dekat pada menit ke-108.
3)
Brasil 1-1 Prancis* - Perempat-Final 1986
Dalam taraf
keterampilan bersepakbola, inilah Piala Dunia terbaik sepanjang masa.
Prancis memiliki tim terhebat mereka yang beranggotakan Platini,
Giresse, Tigana, dan Dominique Rocheteau yang sudah memasuki usia
30-an. Sementara itu, Socrates, Junior, dan Zico tampil untuk kali
terakhir di Piala Dunia bersama Brasil.
Di bawah sengatan terik matahari, Brasil mampu unggul melalui Careca, tapi menyia-nyiakan serangkaian peluang menggandakan keunggulan. Prancis mampu menyamakan kedudukan melalui Platini. Kedua tim saling bertukar peluang untuk mencuri keunggulan. Publik stadion Guadalajara tak henti-hentinya menyorakkan nama Zico, yang duduk sebagai pemain cadangan. Tele Santana akhirnya goyah dan memasukkan Zico pada babak kedua. Brasil berhasil memperoleh hadiah penalti, tapi Zico gagal menaklukkan Joel Bats.
Pertandingan
akhirnya ditentukan melalui adu penalti. Dua kapten tim, herannya,
gagal menjalankan tugas. Socrates dan Platini. Prancis akhirnya sukses
memetik kemenangan dan melaju ke babak empat besar.
2)
Italia 4-3 Jerman Barat AET – Semi-Final 1970
Pertandingan ini terjadi pada 17
Juni 1970 dan dinobatkan sebagai "Pertandingan Abad Ini". Saking
bersejarahnya pertandingan ini, sebuah monumen dibangun di luar stadion
Azteca, Mexico City, yang bertuliskan, "Stadion Azteca menyampaikan
rasa hormat untuk tim Italia (4) dan Jerman (3), yang tampil di Piala
Dunia 1970, 'Pertandingan Abad Ini'."
Sembilan puluh
menit pertama pertandingan berlangsung dramatis, tapi tidak bisa
dianggap sebagai "Pertandingan Abad Ini". Italia unggul pada menit
kedelapan melalui tendangan keras Roberto Boninsegna dan tampil
bertahan. Jerman Barat terus menggedor. Bahkan Franz Beckenbauer tampil
dengan tangan dibebat. Bek Karl-Heinz Schnellinger akhirnya mampu
menyamakan kedudukan pada menit terakhir pertandingan.
Pertandingan di
babak perpanjangan waktu sungguh tak terduga. Lima gol tercipta dalam
30 menit. Mueller membawa Jerman Barat unggul, tapi Tarcisio Burgnich
dan Gigi Riva membalikkan kedudukan. Pada menit ke-110, Mueller kembali
menyamakan kedudukan. Dari kick-off yang tercipta, Italia kembali
unggul melalui Gianni Rivera. Gol tersebut akhirnya menjadi penentu
pertandingan yang berlangsung sangat mendebarkan itu.
1) Brasil
2-3 Italia – Babak Kedua Grup C 1982
Brasil edisi 1982 dianggap sebagai
tim terbaik yang gagal menjuarai Piala Dunia. Pasukan Tele Santana
dilengkapi sederetan pemain hebat semacam Leandro, Junior, Socrates,
Falcao, Eder, dan pemain terbaik dunia Zico. Sebelum laga melawan
Italia, Brasil mengantungi 13 gol dalam empat pertandingan melalui
sepakbola Samba mereka. Selecao menjelma jadi calon kuat juara dunia
dan hanya butuh seri untuk lolos ke semi-final.
Italia
sebaliknya, tampil buruk pada awal turnamen dengan hanya bermain imbang
pada babak pertama grup. Setelah didera kritik media, mereka
menerapkan puasa bicara. Tanda-tanda peningkatan muncul ketika
mengalahkan Argentina 2-1, tapi tak ada yang berani menjagokan mereka
mampu menaklukkan Brasil dan keluar sebagai juara.
Paolo Rossi, kembali dari hiatus dua tahun, muncul sebagai pahlawan kemenangan dengan mempersembahkan hat-trick untuk Italia.
Azzurri mampu
unggul dua kali, tapi berhasil disamakan Brasil melalui Socrates dan
Falcao. Saat pertandingan tersisa 16 menit, Rossi membukukan gol
kemenangan memanfaatkan situasi tendangan penjuru.
Pertandingan ini
menggambarkan segalanya -- peluang yang terbuang, aksi hingga akhir
laga, penampilan individual dari Bruno Conti dan Falcao, kaus Zico yang
robek karena ditarik Claudio Gentile, dianulirnya gol Italia yang
seharusnya membuat mereka unggul 4-2, dan penyelamatan gemilang Dino
Zoff dari peluang sundulan Oscar.
goal.com