Dari penelitian terbaru yang dipublikasikan pada jurnal General
Dentistry, terungkap bahwa memainkan instrumen musik bisa meningkatkan
risiko kesehatan hingga berpotensi fatal bagi anak.
Klarinet bekas atau alat musik berbahan kuningan lainnya diketahui sangat terkontaminasi dengan berbagai macam bakteri dan jamur. Sejumlah besar bakteri dan jamur ini di antaranya terkait dengan infeksi minor hingga infeksi serius, serta penyakit berhubungan dengan alergi.
“Banyak anak yang mengikuti band sekolah atau ekstra kurikuler musik dan sering kali memainkan instrumen yang merupakan pinjaman atau sewaan,” kata R. Thomas Glass, dokter spesialis kesehatan gigi yang mengetuai penelitian tersebut, seperti dikutip dari MedIndia, 16 Maret 2011.
Sebagian besar instrumen tersebut, kata Glass, pernah dimainkan oleh murid lainnya dan tidak dibersihkan dengan sepantasnya. “Padahal, bakteri dan jamur bisa tetap tinggal di sana berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah pemakaian terakhir,” ucapnya.
Dari 13 alat musik yang biasa digunakan oleh band sekolah dan dijadikan sampel, peneliti melakukan uji coba di 117 titik yang berbeda pada alat musik tersebut.
Enam alat musik telah digunakan dalam kurun waktu satu minggu sebelum pengujian. Sementara 7 alat musik lainnya terakhir digunakan satu bulan sebelumnya.
Dari pengujian, terungkap bahwa secara total, alat musik itu memproduksi 442 bakteria yang berbeda. Banyak di antaranya adalah dari spesies Staphylococcus, atau bakteri yang bisa menyebabkan infeksi. Selain itu, terdeteksi pula 58 jenis jamur dan 19 jenis cendawan.
“Orang tua umumnya tidak menyadari bahwa jamur dan cendawan di alat musik itu bisa berkontribusi terhadap perkembangan penyakit asma di tubuh anaknya,” kata Glass. “Selain itu, jamur dan cendawan pada instrumen musik itu juga merupakan penyebab umum terjadinya infeksi di sekitar mulut dan bibir,” ucapnya.
Klarinet bekas atau alat musik berbahan kuningan lainnya diketahui sangat terkontaminasi dengan berbagai macam bakteri dan jamur. Sejumlah besar bakteri dan jamur ini di antaranya terkait dengan infeksi minor hingga infeksi serius, serta penyakit berhubungan dengan alergi.
“Banyak anak yang mengikuti band sekolah atau ekstra kurikuler musik dan sering kali memainkan instrumen yang merupakan pinjaman atau sewaan,” kata R. Thomas Glass, dokter spesialis kesehatan gigi yang mengetuai penelitian tersebut, seperti dikutip dari MedIndia, 16 Maret 2011.
Sebagian besar instrumen tersebut, kata Glass, pernah dimainkan oleh murid lainnya dan tidak dibersihkan dengan sepantasnya. “Padahal, bakteri dan jamur bisa tetap tinggal di sana berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan setelah pemakaian terakhir,” ucapnya.
Dari 13 alat musik yang biasa digunakan oleh band sekolah dan dijadikan sampel, peneliti melakukan uji coba di 117 titik yang berbeda pada alat musik tersebut.
Enam alat musik telah digunakan dalam kurun waktu satu minggu sebelum pengujian. Sementara 7 alat musik lainnya terakhir digunakan satu bulan sebelumnya.
Dari pengujian, terungkap bahwa secara total, alat musik itu memproduksi 442 bakteria yang berbeda. Banyak di antaranya adalah dari spesies Staphylococcus, atau bakteri yang bisa menyebabkan infeksi. Selain itu, terdeteksi pula 58 jenis jamur dan 19 jenis cendawan.
“Orang tua umumnya tidak menyadari bahwa jamur dan cendawan di alat musik itu bisa berkontribusi terhadap perkembangan penyakit asma di tubuh anaknya,” kata Glass. “Selain itu, jamur dan cendawan pada instrumen musik itu juga merupakan penyebab umum terjadinya infeksi di sekitar mulut dan bibir,” ucapnya.