Seorang
bocah berusia delapan tahun harus rela digeledah setiap kali akan
menumpang pesawat terbang. Anak asal New Jersey itu harus mengalami
kejadian tak menyenangkan tiap kali akan terbang, karena namanya masuk
daftar intai teroris di Amerika Serikat.
Michael “Mickey” Hicks yang berayahkan mantan angkatan laut AS dan ibu seorang wartawan foto menjadi target petugas keamanan di bandara sejak berusia dua tahun.
“Bagaimana bisa seorang anak menjadi teroris?,” kata sang ibu, Najlah Feanny Hicks, seperti yang dikutip dari laman The Times, Minggu 17 Januari 2010.
Michael adalah salah satu dari 2.500 orang dalam daftar cekal terbang yang dikeluarkan pemerintah AS. Orang-orang ini dianggap berbahaya untuk menumpang pesawat udara. Nama Mickey masuk dalam daftar 13.500 nama yang harus menjalani pemeriksaan ekstra ketat di bandara.
Perlakuan tidak layak mulai diterima Michael saat berusia dua tahun. Saat bepergian dengan orangtuanya, dia tak mendapat tiket dalam perjalanan ke Florida karena menurut petugas bandara di Newark, New Jersey, namanya tercantum dalam daftar cekal terbang. Dalam perjalanan ke Bahama baru-baru ini, petugas bandara menggeladah Michael saat akan berangkat dan sepulang dari perjalanan tersebut.
Michael merupakan korban meningkatnya sistem pengamanan bandara-bandara AS. Sejak percobaan serangan bom yang gagal di Bandara Detroit hari natal tahun lalu, petugas bandara memperketat pengawasan penumpang. pemerintah AS mengeluarkan daftar intai dan daftar cekal penumpang.
Penyebabnya adalah Umar Farouk Abdulmutallab yang mencoba meledakkan bom di pesawat terbang AS tepat pada hari natal. Sebelum kejadian, ayah Abdulmutallab telah memperingatkan kedutaan AS di Nigeria akan aksi anaknya.
Pemerintah AS mengidentifikasi Abdulmutallab sebagai salah satu dari 550.000 nama teroris sesuai data Terrorist Identities Datamart Environment. Namun namanya tidak tercantum dalam daftar cekal terbang (no-fly) atau daftar khusus (selectee). Akibatnya, Abdulmutallab mampu melalui tiga lapis pemeriksaan dan melenggang ke pesawat menuju Detroit.
Sejak itu, pemerintah AS menaruh perhatian lebih pada penumpang beragama Islam. Presiden Barack Obama juga memerintahkan pemeriksaan intensif penumpang yang berasal dari Nigeria dan 13 negara yang diduga sebagai markas teroris.
Pada sebuah situs, Transportation Security Administration (TSA) yang bertanggungjawab atas keamanan bandara bersikukuh bahwa bocah delapan tahun tersebut masuk dalam daftar cekal terbang.
“Maskapai penerbangan harus menahan anak berusia delapan tahun yang ada dalam daftar intai. Tidak perduli usia delapan atau 80, kalau masuk dalam daftar intai dan cekal terbang, mereka tidak boleh terbang,” tulis pernyataan tersebut.
Ibu Michael, Najlah Feanny Hicks telah melayangkan permintaan kepada anggota kongres agar anaknya keluar dari daftar cekal. “Dia dicekal pada usia dua tahun, tiga, empat dan lima. Sekarang sungguh menakutkan karena dia telah berusia delapan tahun. Apa yang terjadi saat dia berusia 16 tahun nanti?,” ungkapnya pada stasiun televisi CBS2.
Michael “Mickey” Hicks yang berayahkan mantan angkatan laut AS dan ibu seorang wartawan foto menjadi target petugas keamanan di bandara sejak berusia dua tahun.
“Bagaimana bisa seorang anak menjadi teroris?,” kata sang ibu, Najlah Feanny Hicks, seperti yang dikutip dari laman The Times, Minggu 17 Januari 2010.
Michael adalah salah satu dari 2.500 orang dalam daftar cekal terbang yang dikeluarkan pemerintah AS. Orang-orang ini dianggap berbahaya untuk menumpang pesawat udara. Nama Mickey masuk dalam daftar 13.500 nama yang harus menjalani pemeriksaan ekstra ketat di bandara.
Perlakuan tidak layak mulai diterima Michael saat berusia dua tahun. Saat bepergian dengan orangtuanya, dia tak mendapat tiket dalam perjalanan ke Florida karena menurut petugas bandara di Newark, New Jersey, namanya tercantum dalam daftar cekal terbang. Dalam perjalanan ke Bahama baru-baru ini, petugas bandara menggeladah Michael saat akan berangkat dan sepulang dari perjalanan tersebut.
Michael merupakan korban meningkatnya sistem pengamanan bandara-bandara AS. Sejak percobaan serangan bom yang gagal di Bandara Detroit hari natal tahun lalu, petugas bandara memperketat pengawasan penumpang. pemerintah AS mengeluarkan daftar intai dan daftar cekal penumpang.
Penyebabnya adalah Umar Farouk Abdulmutallab yang mencoba meledakkan bom di pesawat terbang AS tepat pada hari natal. Sebelum kejadian, ayah Abdulmutallab telah memperingatkan kedutaan AS di Nigeria akan aksi anaknya.
Pemerintah AS mengidentifikasi Abdulmutallab sebagai salah satu dari 550.000 nama teroris sesuai data Terrorist Identities Datamart Environment. Namun namanya tidak tercantum dalam daftar cekal terbang (no-fly) atau daftar khusus (selectee). Akibatnya, Abdulmutallab mampu melalui tiga lapis pemeriksaan dan melenggang ke pesawat menuju Detroit.
Sejak itu, pemerintah AS menaruh perhatian lebih pada penumpang beragama Islam. Presiden Barack Obama juga memerintahkan pemeriksaan intensif penumpang yang berasal dari Nigeria dan 13 negara yang diduga sebagai markas teroris.
Pada sebuah situs, Transportation Security Administration (TSA) yang bertanggungjawab atas keamanan bandara bersikukuh bahwa bocah delapan tahun tersebut masuk dalam daftar cekal terbang.
“Maskapai penerbangan harus menahan anak berusia delapan tahun yang ada dalam daftar intai. Tidak perduli usia delapan atau 80, kalau masuk dalam daftar intai dan cekal terbang, mereka tidak boleh terbang,” tulis pernyataan tersebut.
Ibu Michael, Najlah Feanny Hicks telah melayangkan permintaan kepada anggota kongres agar anaknya keluar dari daftar cekal. “Dia dicekal pada usia dua tahun, tiga, empat dan lima. Sekarang sungguh menakutkan karena dia telah berusia delapan tahun. Apa yang terjadi saat dia berusia 16 tahun nanti?,” ungkapnya pada stasiun televisi CBS2.
http://anasarema.blogspot.com/2010/07/bocah-8-tahun-masuk-daftar-teroris-as.htm