Ternyata gosip hangat selebriti Indonesia gaungnya terasa sampai ke
negeri tetangga dekat Singapura. Gosip infotaiment terkini yang melanda
Krisdayanti alias KD dengan pengusaha asal Timor Leste Raul Lemos yang
belakangan ini disorot media karena media berhasil merekam adegan
kemesraan keduanya yang sudah menjadi buah bibir masyarakat beberapa
bulan terakhir ini.
Seorang wartawati senior negeri tetangga Singapura Linda Djalil
membuat puisi sindiran untuk KD yang selama ini lagu-lagunya cukup
populer sampai ke negeri tetangga Singapura, Malaysia dan Brunei, dan
cukup memiliki penggemar fanatik yang banyak disana. Agaknya para fans
KD di negeri seberang pun merasa kecewa dengan perkembangan cerita
kehidupan pribadi salah satu dari personel 3 Diva ini. Puisi karya Linda
Djalil yang berjudul “Pipi..Pipi..Ini Mimi… Bukan Mimi yang Dulu
Lagi….” ini bahkan membuat heboh sampai ke Singapura.
Berikut isi puisi selengkapnya:Pipi..Pipi..Ini Mimi…Bukan Mimi yang Dulu Lagi….
Pipi.. Pipi..
Mimi bingung sekarang..
Mengapa banyak mata terbelalak melihat hubungan ini, padahal Mimi hanya ‘sekedar’ ingin cinta-cintaan dan yayang-yayangan…
Dengan lelaki yang Mimi anggap keren dahsyat luar biasa dan kelasnya jauh di atas Pipi…
Pipi.. Pipi.. Mengapa bayaran yang aku terima begitu mahal, sampai menembus langitpun rasanya kelewat mahal, anak sudah tak Mimi punya
Tepuk tangan meriah gemuruh dari depan panggung juga sepi rasanya ke mana mereka..
Menghilang.. Lenyap
Bagai aku diludahi sampai ke bawah tanah..
Maka akupun mengumbar air mata, Pi..
Memohon ampun, maaf tiada tara
Karena aku tak tahu lelaki hebat itu sudah berpunya
Anak berderet, istri menanti
Ah, tapi itu kan memang untuk konsumsi publik, Pi..
Sebab meski segala yang dijual di negeri ini kelewat mahal
Masih ada yang murah..
Ya.. Ya.. Harga diri
Dan rasa malu
Betapa Mimi bisa mudah bersandiwara
Dengan harapan segala lagu bisa dicintai lagi oleh semua manusia
Tapi apakah semudah itu, paduka..
Sebab rasa malu yang murah itu juga sudah menjadi gulita
Pipi.. Pipi.. Rumah sekarang sepi
Lantai marmer cokelat muda yang dulu licin bagai padi bersemi sekarang tak lagi berseri
Gelak tawa canda anak-anak tak terdengar lagi..
Pipi.. Pipi..
Mimi bingung sekali lagi
Betapa bayaran yang harus ditebus mahal sekali
Hati seorang ibu yang terguncang hingga tak kuasa lagi kuat berdiri
Hingga jalanpun harus didorong kursi roda ke sana sini
Tapi bagaimana aku bisa membatasi semua ini, Pi…
Dorongan rasa dan hasrat besar tak terbendung lagi..
Melihat air mata dari seberang sana yang masih mengaku istri
Rasanya hanya butir angin sayup-sayup dan aku sungguh tak perduli..
Pipi.. Pipi..
Wajahku yang cantik dipermak setrika habis ini
Toh masih terlihat jauh lebih cantik dari si rambut panjang yang di samping Pipi menyanyi?
Tapi mengapa menggebunya orang menawar manggung tiap hari
Kepadaku sudah tak mampir lagi…
Pipi.. Pipi..
Aku kadang tertawa di dalam hati
Mampuslah semua orang kutipu dengan hati bernyanyi
Kemarin minta maaf kini mengulangi kembali
Air mata yang dulu bergulir ke pipi
Kini bisa kuganti dengan adegan mesra tempel-tempelan pipi
Sembari mengumbar sebentuk cincin yang melilitt di jari..
Agar dipertontonkan oleh layar televisi dan sengaja, agar gemuruh panas membara dari yang mengaku masih jadi istri kembali wajahnya tak sanggup berseri-seri..
Pipi.. Pipi..
Mimi memang bukan yang dulu lagi
Sekali lagi, bukan Mimi yang dulu lagi..
Sebab aku berhak merebut kebebasan sampai tinggi sekali meluas merebak tanpa berpikir malu seribu kali apalagi mengedepankan nurani..
Ah.., itu kan semua ungkapan basi..
Memikirkan kejujuran dan nurani, gini hareeeee….?
I am sorry goodbye Pipi..
Mimi akan selamanya pergi
Meski diam-diam tak kuhindari rasa sakit hati..
Panik.. Panik sekali..
Kok jadi Pipi sekarang yang ke seluruh pelosok top sekali..
Bersama si rambut panjang yang cantik banget meski tanpa operasi..?
Hi…hiiii…hi….air mata ini kembali bergulir deras sebutir nasi..
Aku sepi Pi…
Sesungguhnya batinku sepi…
Sepi sekali..
Dan agaknya puisi ini juga sempat membuat berang KD yang mungkin
merasa tersindir dan terpojok ketika puisi ini dibacakan oleh kuasa
hukum istri Raul Lemos Atha yaitu Hotman Paris Hutapea.