Banyak cerita berseliweran tentang
penis yang terkunci di dalam vagina hingga tak bisa keluar saat
berhubungan seks, sehingga harus dibawa ke rumah sakit untuk
mengeluarkannya. Tapi benarkah ada kasus seperti itu?
Kondisi penis yang terkunci di
dalam vagina disebut dengan penis captivus. Secara sederhana kondisi
ini terjadi ketika otot vagina seorang perempuan menjepit penis
laki-laki dengan ketat yang membuatnya terkunci.
Penis captivus umumnya terjadi
di binatang, tapi tidak pada manusia. Hal ini karena tidak ada dokumen
medis yang mencatat penis captivus terjadi pada manusia dalam 100 tahun
terakhir.
Meski demikian berdasarkan studi yang dilaporkan dalam British Medical Journal (BMJ) menuturkan kondisi tersebut tidaklah sepenuhnya mitos.
"Kondisi ini hampir sama dengan
vaginismus pada manusia, yaitu kejang otot vagina yang tidak disengaja
yang membuat hubungan seksual menyakitkan atau bahkan tidak mungkin,"
ujar Dr Laura Berman, ahli kesehatan seksual Amerika, seperti dikutip
dari abs-cbnnews.com, Rabu (8/12/2010).
Dengan kata lain otot yang
mengepal spontan ini diketahui sebagai mekanisme pertahanan ketika ada
sesuatu yang dimasukkan ke dalam vagina, entah itu penis, tampon atau
peralatan medis untuk USG vagina.
"Dalam banyak kasus, perempuan
dan pasangan berasumsi hal ini karena kurangnya keinginan. Namun banyak
perempuan yang mengalami vaginismus ingin berhubungan seks dengan
pasangannya, tapi mereka menemukan tubuhnya tidak bisa bekerja sama,"
ungkap Berman.
Vaginismus dianggap sebagai
kondisi umum dan merupakan disfungsi seksual pada perempuan yang sering
dijumpai di seluruh dunia. Salah satu survei yang dilakukan oleh CETAD
(asosiasi pendidikan dan penelitian pengobatan seksual) menuturkan
tingkat vaginismus di Turki mencapai 10 persen, yaitu 1 dari 10
perempuan tidak bisa melakukan hubungan seks secara utuh.
Ada beberapa gejala yang muncul jika seseorang mengalami vaginismus, yaitu:
- Takut melakukan hubungan seksual dengan pasangannya dan tidak bisa melakukan penetrasi sama sekali.
- Melakukan hubungan seksual parsial (hanya sebagian dari penis yang bisa masuk ke dalam Vagina).
- Tidak bisa memasukkan instrumen USG atau pembalut ke dalam vagina.
- Meringis atau takut melakukan pemeriksaan ginekologi.
"Vaginismus mungkin terjadi
akibat rasa sakit kelamin jangka panjang, disfungsi pada otot panggul,
trauma masa lalu yang berhubungan dengan kenangan menyakitkan atau
takut kehilangan kontrol," ungkapnya.
Menurut Berman solusi untuk
vaginismus terletak pada sumbernya, yaitu tubuh dan pikiran. Secara
khusus lagi perempuan diharapkan untuk belajar mengendalikan otot-otot
vagina. Kuncinya adalah mengenali antra ketegangan dan relaksasi di
panggul.
sumber : http://wahw33d.blogspot.com/2011/01/bisakah-penis-terkunci-miss-v.html#ixzz1C38qbxwI