Bezerra, berhasil meyakinkan hakim bahwa dirinya
mengalami gangguan ketidakseimbangan kimia yang memicu kecemasan berat
dan hiperseksualitas. Cara satu-satunya untuk meredakan ketegangannya
adalah melakukan masturbasi.
"Kondisi saya sangat buruk sehingga saya dapat
melakukan masturbasi hingga 47 kali sehari," katanya. "Saat itulah saya
meminta bantuan, karena tahu itu sesuatu yang tidak normal," ujarnya.
Untuk mengurangi 'ketegangannya', dokter memberikan
koktail dan obat penenang untukmengurangi kebutuhan seksualnya menjadi
sekitar 18 kali sehari.
Dr Carol Queen, seorang seksolog, mengatakan
kondisi seksual ini sangat tidak lazim dan termasuk dalam kategori
hiperseksualitas.
Menurut Psikoterapis Dr Julie Elledge, hiperseksualitas saat ini tidak masuk dalam diagnostik medis karena sebagian besar akibat pengaruh lingkungan.
"Mungkin ada yang bisa menjadi co-diagnosis gangguan bipolar atau gangguan obsesif-kompulsif. Namun ketika kecanduan seks dikatakan sebagai diagnosis, biasanya bukan karena seks, tapi perilaku sekitarnya," kata Elledge.
Menurut Psikoterapis Dr Julie Elledge, hiperseksualitas saat ini tidak masuk dalam diagnostik medis karena sebagian besar akibat pengaruh lingkungan.
"Mungkin ada yang bisa menjadi co-diagnosis gangguan bipolar atau gangguan obsesif-kompulsif. Namun ketika kecanduan seks dikatakan sebagai diagnosis, biasanya bukan karena seks, tapi perilaku sekitarnya," kata Elledge.
Elledge menambahkan, melakukan masturbasi di tempat
umum seperti kantor bukan cara biasa untuk mengatasi masalah
hiperseksualitas. Biasanya, ada waktu khusus seperti istirahat dan di toilet bagi para karyawan yang mengalami gejala ini.
Jason Tesauro, ahli etika dan penulis 'The Gentleman Modern' percaya tata krama yang baik adalah solusi yang lebih baik daripada putusan hakim.
"Setiap kali Anda mempunyai anggota rekan kerja,
teman atau keluarga dengan anomali medis, respons yang tepat adalah
untuk menghindari perhatian, dan tidak menarik perhatian untuk itu,"
ucap Tesauro.
vivanews