Lapisan ozon di Kutub Utara yang menjadi pelindung radiasi ultraviolet telah menipis sekitar 30 persen pada musim dingin ini.
Demikian bocoran yang didapat dari Badan Cuaca PBB di Jenewa, Selasa (5/4).
Lapisan ozon yang rusak di Arktik memang tidaklah sama dengan kerusakaan ozon di Antartika yang dikenal "lubang ozon". Lubang ini terbentuk ketika sinar matahari ada di sepanjang di musim semi tiap tahunnya.
Tapi situasi kerusakan di Arktik, penyebabnya serupa. Ozon terkena senyawa dalam polusi udara yang dipicu oleh kombinasi suhu yang sangat dingin dan sinar matahari.
Nah, pada musim dingin ini, lapisan ozon rapuh dan menipis sekitar 30 persen karena berkurangnya atmosfer di Arktik.
Kombinasi dari suhu yang sangat dingin di stratosfer, lapisan utama kedua dari atmosfer bumi, tepat di atas troposfer, mendorong ozon memakan zat-zat kimia CFC yang berasal dari semprot aerosol dan air conditioner (AC). Inilah yang menjadi penyebab menipisnya lapisan ozon di Kutub Utara pada musim dingin ini.
"Ini sangat tiba-tiba dan tidak biasa," kata Bryan Johnson, seorang ahli kimia yang bekerja di US National Oceanic and Atmospheric Administration Earth System Laboratory di Boulder, Colorado.
Ia prihatin dengan pemanasan global yang terjadi di Arktik, mengingat wilayah itu merasakan efek pertama dari pemanasan global tersebut.
"Stratosfer Kutub Utara menjadi rentan terhadap kerusakan ozon yang disebabkan oleh terkontaminasinya ozone dengan zat-zat kimia yang terkait dengan aktivitas manusia," kata sekretaris jenderal Badan Cuaca PBB Michel Jarraud.
Menipisnya lapisan ozon di Kutub Utara menyebabkan anomali cuaca karena suhu turun hingga di bawah -78 derajat Celsius (-108 Fahrenheit) dan es warna-warni membentuk awan.
"Penipisan ozon di Arktik akan memengaruhi orang-orang yang tinggal di daerah utara, lebih ke arah Islandia, Norwegia utara, pantai utara Rusia," tambahnya.
Ia meminta agar masyarakat di kawasan itu lebih berhati-hati ketika beraktivitas di luar ruangan, tentunya dengan mengenakan tabir surya dan kacamata hitam.
Sumber
Demikian bocoran yang didapat dari Badan Cuaca PBB di Jenewa, Selasa (5/4).
Lapisan ozon yang rusak di Arktik memang tidaklah sama dengan kerusakaan ozon di Antartika yang dikenal "lubang ozon". Lubang ini terbentuk ketika sinar matahari ada di sepanjang di musim semi tiap tahunnya.
Tapi situasi kerusakan di Arktik, penyebabnya serupa. Ozon terkena senyawa dalam polusi udara yang dipicu oleh kombinasi suhu yang sangat dingin dan sinar matahari.
Nah, pada musim dingin ini, lapisan ozon rapuh dan menipis sekitar 30 persen karena berkurangnya atmosfer di Arktik.
Kombinasi dari suhu yang sangat dingin di stratosfer, lapisan utama kedua dari atmosfer bumi, tepat di atas troposfer, mendorong ozon memakan zat-zat kimia CFC yang berasal dari semprot aerosol dan air conditioner (AC). Inilah yang menjadi penyebab menipisnya lapisan ozon di Kutub Utara pada musim dingin ini.
"Ini sangat tiba-tiba dan tidak biasa," kata Bryan Johnson, seorang ahli kimia yang bekerja di US National Oceanic and Atmospheric Administration Earth System Laboratory di Boulder, Colorado.
Ia prihatin dengan pemanasan global yang terjadi di Arktik, mengingat wilayah itu merasakan efek pertama dari pemanasan global tersebut.
"Stratosfer Kutub Utara menjadi rentan terhadap kerusakan ozon yang disebabkan oleh terkontaminasinya ozone dengan zat-zat kimia yang terkait dengan aktivitas manusia," kata sekretaris jenderal Badan Cuaca PBB Michel Jarraud.
Menipisnya lapisan ozon di Kutub Utara menyebabkan anomali cuaca karena suhu turun hingga di bawah -78 derajat Celsius (-108 Fahrenheit) dan es warna-warni membentuk awan.
"Penipisan ozon di Arktik akan memengaruhi orang-orang yang tinggal di daerah utara, lebih ke arah Islandia, Norwegia utara, pantai utara Rusia," tambahnya.
Ia meminta agar masyarakat di kawasan itu lebih berhati-hati ketika beraktivitas di luar ruangan, tentunya dengan mengenakan tabir surya dan kacamata hitam.
Sumber