Di ambil sekitar 40 tahun lalu, foto itu menunjukkan kekeringan di
beberapa wilayah seluruh dunia yang disebabkan oleh kebutuhan manusia
akan air yang terus meningkat. Kondisi mengejutkan juga terjadi di
wilayah Laut Aral di Asia Tengah.
Perubahan jumlah air ini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.
Bahkan, pada bulan April lalu, kondisi Laut Aral digambarkan sebagai
'salah satu bencana lingkungan terburuk di dunia' oleh Sekretaris
Jenderal PBB, Ban Ki-Moon.
Sebagai sebuah danau pedalaman, Aral berada di antara Uzbekistan dan
Kazakhstan yang merupakan danau terbesar keempat di dunia. Sejak tahun
1960, danau ini telah kehilangan lebih dari setengah volumenya. Dan saat
ini, 50 tahun selanjutnya danau tersebut jadi tinggal hanya sekitar 10%
dari pengamatan awal.
Dampak besar di wilayah ini diakibatkan perubahan suhu dan polusi
yang terus meningkat hingga level yang berbahaya. Kerusakan danau juga
berdampak pada industri perikanan lokal, di mana jumlah pengangguran
meningkat dan menyebabkan masalah ekonomi di wilayah tersebut.
Tanah yang kaya dan subur di seluruh dunia juga mengalami masalah
yang sama. Wilayah Arid dan Irak pernah memiliki lingkungan hijau yang
subur bahkan terkenal sebagai Taman Eden. Namun, pantauan tahun 1973 dan
2000 rawa-rawa telah mengalami kekeringan secara sistematis sejak
pertengahan abad 20.
Ini telah menghancurkan lahan pertanian serta habitat umat muslim
Marsh Arabs yang pernah dianiaya oleh partai Ba’ath di Irak.
Daerah lain yang menderita adalah Danau Nasse, danau buatan di
belakang bendungan Aswan di Sungai Nil. Wilayah ini direncanakan sebagai
bagian agrikultural dan industri baru di wilayah Mesir. Namun, wilayah
ini telah mengalami kekeringan dengan cepat.
Air telah surut dengan cepat meninggalkan tampilan mirip cincin
dengan warna cokelat pada lahan basah di sekitar tepi danau karena
kekeringan, dan kebutuhan air yang terus meningkat tajam di wilayah ini.
Dr Benjamin Lloyd-Hughes dari Institut Walker untuk penelitian sistem
iklim di University of Reading, mengatakan, "Pada akhirnya bencana yang
terlihat di Laut Aral dan rawa-rawa merupakan efek gabungan dari
kegiatan manusia dan peningkatan suhu di daerah tersebut.”
Tidak ada banyak perubahan curah hujan di daerah tersebut, namun suhu
telah meningkat lebih dari 1 derajat celcius sejak tahun 1970, di mana
meningkatkan kerugian akibat penguapan.
“Polusi di daerah tersebut akan menjadi lebih buruk karena air
menguap, polutan dalam air menjadi lebih terkonsentrasi dan kurang
diencerkan,” ujar Lloyd-Hughes lagi.
"Tidak akan ada perubahan curah hujan tetapi temperatur bisa
meningkat menjadi dua derajat celcius pada tahun 2100. Ini tidak baik
tetapi tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan Laut Aral dan
Mesopotamia.”
Pemanasan global adalah masalah yang terjadi di mana saja dengan
jumlah kekeringan terus bertambah. Pertumbuhan sistem pertanian tidak
sejalan dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah.
Kebutuhan air sudah melebihi pasokan sehingga bencana di Laut Aral
telah menjadi inidikasi bagi kekhawatiran akan masa depan.