Rachmawati
Soekarnoputri bercerita, salah satu yang cukup berkesan dari ayahnya,
Presiden Soekarno, adalah perhatiannya apabila anak-anaknya sedang
sakit. ”Bung Karno bisa meninggalkan acara penting apabila salah satu
anaknya ada yang sedang sakit,” ujar Rachmawati yang dilahirkan di
Istana Merdeka tahun 1953.
Menurut
Rachmawati, putri ketiga pasangan Bung Karno dan Fatmawati, ketika ia
sedang sakit, presiden pertama RI itu mendatanginya dan membelai-belai
rambutnya. ”Bapak datang ke kamar saya dan menawarkan makanan apa yang
paling saya sukai,” ujar Rachma.
Maka, ketika Bung Karno dikarantina di Batutulis, Bogor, 1968, Rachmawati merasa kasihan kepada ayahnya yang sedang menderita sakit. Rachma datang ke rumah Presiden Soeharto (waktu itu) di Jalan Cendana, Jakarta. Rachma minta agar Bung Karno dipindahkan ke Jakarta. Pak Harto saat itu setuju dan berjanji akan mengatur kepindahan Bung Karno ke Jakarta. Sikap Pak Harto itu membuat air mata Rachma berlinang. ”Ya, waktu itu saya datang ke Jalan Cendana,” kata Rachma.
Pohon kayu manis
Maka, ketika Bung Karno dikarantina di Batutulis, Bogor, 1968, Rachmawati merasa kasihan kepada ayahnya yang sedang menderita sakit. Rachma datang ke rumah Presiden Soeharto (waktu itu) di Jalan Cendana, Jakarta. Rachma minta agar Bung Karno dipindahkan ke Jakarta. Pak Harto saat itu setuju dan berjanji akan mengatur kepindahan Bung Karno ke Jakarta. Sikap Pak Harto itu membuat air mata Rachma berlinang. ”Ya, waktu itu saya datang ke Jalan Cendana,” kata Rachma.
Pohon kayu manis
Salah
satu dari sejuta hal kecil menarik dari Pak Harto adalah apabila ia
sedang ada di wilayah pertanian dan peternakan Tapos, Bogor, Jawa Barat.
Apabila di tempat yang dingin ini, Soeharto tampak santai sekali. Para
tamunya yang datang ke tempat ini diberi hidangan arem-arem yang
dilapisi telur dadar (omelet).
Sambil berjalan keliling tempat pertanian dan peternakan yang dibangun pada 1974 itu, Pak Harto memperkenalkan sapi-sapi, kambing-kambing, serta rumput gajah. Tak pernah lupa Pak Harto mengatakan, ”Di sana itu ada deretan pohon-pohon kayu manis. Kalau daun mudanya sedang tumbuh, warnanya kemerah-merahan, indah sekali.”
Sambil berjalan keliling tempat pertanian dan peternakan yang dibangun pada 1974 itu, Pak Harto memperkenalkan sapi-sapi, kambing-kambing, serta rumput gajah. Tak pernah lupa Pak Harto mengatakan, ”Di sana itu ada deretan pohon-pohon kayu manis. Kalau daun mudanya sedang tumbuh, warnanya kemerah-merahan, indah sekali.”
Sementara
itu, Presiden BJ Habibie sering bercerita kepada wartawan tentang
kegiatannya berenang sebelum berangkat ke Istana Kepresidenan. Ia juga
sering melantunkan lagu ”Widuri” dalam berbagai kesempatan, termasuk
acara di Istana Negara.
Kisah Pak Jaya
Kisah Pak Jaya
Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah sosok menarik bagi pengemudi
resminya, yakni Pak Jaya. Pak Jaya juga pernah menjadi pengemudi resmi
para wakil presiden pada masa Orde Baru.
Ketika Gus Dur menjadi presiden, Pak Jaya selalu berdialog di dalam mobil. Canda dan tawa adalah suasana sehari-hari dalam pertemuan Pak Jaya sebagai sopir resmi presiden dengan orang nomor satu Indonesia itu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, ia hanya duduk dan menghadap ke depan atau melihat kaca spion mobil. Gus Dur begitu tahu nama gang-gang di kampung Pak Jaya.
Maka, ketika Gus Dur dilengserkan, ia protes dengan menyembunyikan mobil kepresidenan ke suatu tempat di kompleks istana yang tidak diketahui orang lain. ”Kasihan, Gus Dur,” ujar Pak Jaya.
Ketika Gus Dur menjadi presiden, Pak Jaya selalu berdialog di dalam mobil. Canda dan tawa adalah suasana sehari-hari dalam pertemuan Pak Jaya sebagai sopir resmi presiden dengan orang nomor satu Indonesia itu. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Biasanya, ia hanya duduk dan menghadap ke depan atau melihat kaca spion mobil. Gus Dur begitu tahu nama gang-gang di kampung Pak Jaya.
Maka, ketika Gus Dur dilengserkan, ia protes dengan menyembunyikan mobil kepresidenan ke suatu tempat di kompleks istana yang tidak diketahui orang lain. ”Kasihan, Gus Dur,” ujar Pak Jaya.
Presiden
Megawati Soekarnoputri punya kebiasaan kecil lain. Ketika masih
menjabat sebagai wakil presiden, Mega berkunjung secara resmi ke
Singapura. Di suatu tempat, ia mengundang wartawan untuk duduk di
dekatnya. Di meja, di depan Mega, tergeletak piring kecil berisi
beberapa gelintir kencur. Sambil berbincang-bincang tentang berbagai
hal, Mega memasukkan butiran-butiran kencur itu ke dalam mulutnya satu
per satu, lalu dikunyahnya. ”Kalau saya batuk, saya makan ini,” ujarnya.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono, dalam suatu acara jumpa pers menjelang akhir
tahun di kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, mengatakan kepada para
wartawan, ”Pohon rambutan saya sedang berbuah, manis sekali.” Kemudian,
ia meminta salah seorang pembantunya mengambil rambutan dan kemudian
dihidangkan kepada para wartawan.