Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh menjadi sejarah segala
peristiwa yang terjadi di Bumi Serambi Makkah tersebut. Masjid yang
dibangun pada tahun 1022 itu, hingga kini masih kokoh dan menjadi objek
wisata warga sekitar.
Ketika Belanda menyerbu Banda Aceh pada 1873, masjid ini
dibakar. Dua tahun kemudian dibangun kembali. Semula hanya satu kubah,
pada 1935 menjadi tiga kubah. Kini Baiturrahman memiliki lima kubah dan
menjadi salah satu masjid terindah di Indonesia.
Ketika tsunami menerjang Banda Aceh pada 26 Desember 2004,
sebagian besar bangunan kota hancur. Namun masjid raya masih kukuh
berdiri, dan menjadi pelindung umat dari bencana.
Masjid Baiturrahman tidak hanya digunakan untuk salat. Masjid
juga berfungsi untuk pengajian, peringatan hari besar agama Islam, dan
musabaqah tilawatil Quran. Masjid juga menjadi peneduh warga kota, dan
juga menjadi obyek wisata.
Masjid Baiturrahman tak hanya tamapak indah dan megah dari
luar. Ornamen dan kaligrafi mewarnai lingkungan dalam sehingga membuat
umat yang berada di dalamnya terasa nyaman dan khusus beribadah.
Baiturrahman merupakan masjid negara. Masjid ini pertama kali
dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada 1022. Pembangunan dan perluasan
terkahir dilakukan pada 1991 pada masa Gubernur Ibrahim Hasan.
Menjelang MTQ pada 1981, Baiturrahman diperluas dan diperindah
serta dipasang klingker di atas jalan-jalan pekarangan masjid. Juga
dilakukan perbaikan dan penambahan tempat wudhu, instalasi air mancur di
kolam, pemasangan pintu krawang, lampu chandelier, kaligrafi, dll.
Menjelang pemilu kada Aceh pada November 2011 nanti, suhu
politik mulai memanas. Masjid Raya Baiturrahman selalu memberi
keteduhan.